Alamat Kantor : Jl. DI Panjaitan No. 44 Cilacap

MOTTO :

TAMBAH IMAN, TAMBAH ILMU, TAMBAH AMAL


Senin, 04 April 2011

Kesuksesan Pokjawas PAI Cilacap Meraih Juara II Tingkat Nasional

Gara-Gara Laptop, Waktu Pemaparan Melebihi Jatah


    Bekerja di lapangan memang jauh lebih sulit dari pada bekerja di balik meja. Hal itulah yang dirasakan oleh Tim Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) Pendidikan Agama Islam (PAI) Kabupaten Cilacap, setelah berhasil meraih juara II tingkat nasional.

DARYANTO, Cilacap
(Radar Banyumas-27-08-2010)
 
     Pengalaman adalah guru yang terbaik. Itu yang menjadi motto Drs H Muadz, Agus Rubiyanto,S.Pd.I,MM, Adianto SAg, dan Mahasin SPd.I, yang belum lama menjalani tugas baru di Pokjawas PAI Kantor Kementrian Agama Kabupaten Cilacap.
     Sebelumnya, mereka menjabat sebagai kepala sekolah di Madrasah Ibtidaiyah, seperti Agus Rubiyanto. Namun pengalaman tersebut, membuat kerja mereka di 'posisi' yang baru membuatnya makin paham medan.
    Buktinya, tak berselang lama saat Kasi Mependa Islam Kemenag kabupaten Cilacap H Imam Tobroni SAg MM memberikan tugas untuk menyusun materi dalam lomba Pokjawas tingkat Jawa Tengah, mereka berhasil dan menjadi yang terbaik.
    Bekal itulah yang kemudian digunakan oleh tim tersebut untuk terus melaju ke tingkat yang lebih tinggi. Materi yang dibuat banyak yang didapat dari pengalaman masing-masing saat di lapangan. Dan mereka pun berhasil memukau dewan juri, hingga masuk 6 besar nasional
    “Kami berempat dibawah bimbingan Pak Drs H Muhtadin MSi selaku Kemenag, terus berupaya untuk memenuhi harapan beliau, karena tinggal kami yang belum memberikan hadiah,” kata Muadz.
    Dia membeberkan bagaiman tim bekerja selama hampir satu bulan untuk menyiapkan materi yang akan dibawa ke Jakarta dalam penilaian akhir, sebelum menghadiri ramah tamah dengan Menteri Agama RI. “Kita masing-masing menyiapkan tugas untuk pemaparan dihadapan dewan juri di Hotel Grand Cempaka Jakarta Pusat,” kata dia.
    Dewan juri yang menilai pun tidak sembarangan, selain dari UIN Jakarta, juga berasal dari Direktorat Jendral Pendidikan Agama Islam. "Babak inilah yang membuat kami harus benar-benar siap. Kami sampai di Jakarta sehari sebelum penilaian. Ini dilakukan agar kami siap memaparkan materi yang sudah kami buat,” kata Muadz
    Dalam penilaian tersebut pun sempat muncul persoalan. Tim penilai telah menyediakan laptop yang akan digunakan untuk memaparkan materi. "Mungkin disinilah mengapa nilai kami tidak sempurna. Saat harus memasang perangkat ke laptop yang disediakan panitia, kami tidak mengira bahwa itu termasuk waktu yang disediakan panitia. Sehingga pemaparan yang harusnya 10 menit, karena dihitung dengan pemasangan perangkat ke laptop akhirnya waktunya lebih dari 10 menit,” beber Agus yang mendapat tugas menjadi tim perumus.     
     Agus dan tim lainnya mengaku menyesal, jika seandainya sejak awal tahu kalau laptop yang digunakan adalah laptop panitia, kemungkinan bukan juara kedua yang diraih, namun juara pertama.
    “Tetapi apapun yang telah diputuskan itulah hasil maksimal yang kami peroleh. Pengalaman adalah guru yang terbaik, sehingga kita tidak boleh meremehkan siapapun dalam bidang apapun. Bekerja di lapangan memang tidak semudah yang kita bayangkan,” tandas Agus.   
    Hal itu juga diakui oleh Adianto dan Mahasin, yang selama sebulan terakhir harus bekerja lebih ekstra dan rela meninggalkan keluarga untuk menyiapkan berbagai keperluan untuk menghadapi penilaian.
    “Allhamdulillah, meskipun bukan yang terbaik namun kami telah berbuat yang terbaik yang bisa kami lakukan. Mudah-mudahan ini bisa menjadi pengalaman yang berharga bagi kamidan rekan kerja lainnya untuk lebih giat,” kata Adianto. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar